Pada generasi terdahulu, di mana industri belum didominasi oleh teknologi-teknologi secanggih sekarang, dunia kerja ditandai dan dipenuhi dengan suara mesin ketik, peraturan-peraturan dan sistem yang kaku, serta kurangnya pengetahuan tentang digital. Pegawai biasanya cenderung diam, mendengar, lalu bekerja bergantung dari instruksi maupun arahan dari atasan, dan harus sesuai dengan instruksi atau arahan tersebut. Beberapa kaum professional yang berasal dari generasi X dan bahkan Baby Boomers yang masih produktif hingga saat ini, menjadi saksi atas berevolusinya industri dan budaya kerja ini.
Sekarang, masuklah Gen Z yaitu generasi yang lahir di era digital, era di mana industri bukan hanya dipenuhi oleh mesin maupun teknologi elektronik yang canggih, tetapi sudah mulai dipimpin oleh digitalisasi. Generasi Z bukan sekadar generasi baru di tempat kerja namun merupakan wajah masa depan yang membawa cara berpikir, cara berkomunikasi, dan cara bekerja yang berbeda.
Perbedaan itu seringkali menimbulkan pergesekan, bukan karena mereka "sulit diatur", tapi karena mereka ingin dimengerti lebih dulu sebelum diajak bekerja sama. Hal ini sepatutnya dapat dipahami, karena setiap pihak menyadari bahwa mereka adalah generasi yang lebih mudah untuk beradaptasi terhadap hal-hal yang kekinian, dibandingkan generasi pendahulu.
Apa yang dibutuhkan oleh Gen Z dari generasi yang lebih senior dari mereka adalah hal yang sederhana. Mereka hanya membutuhkan para generasi yang lebih senior untuk menjadi Role Model yang dapat mereka “Look up to” serta tahu bagaimana mengelola mereka dengan efektif.
Mengelola dan memotivasi Gen Z bukanlah tentang merombak sebuah sistem yang sudah ada, melainkan tentang membuka sudut pandang yang lebih luas, baik sudut pandang mereka, maupun sudut pandang kita tentang mereka.
Karena pada akhirnya, Gen Z bukan ingin dilayani — mereka hanya ingin didengarkan dan dimengerti.
Sukses selalu buat Anda dan tim!
24 Oktober 2025
Cahyo Eddy Wijoyo – Principal Consulting PT Sarel Sentra Inspira